PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KOPI
SEBAGAI PUPUK ORGANIK
Hukum
Thermodinamika II menegaskan bahwa “energi itu tidak pernah habis hanya berubah
bentuk.” Alam menyediakan sumber energi yang demikian banyak, baik energi
berbentuk bahan bakar, bahan makanan, termasuk pupuk sebagai bahan makanan
tanaman. Salah satu sumber pupuk untuk tanaman kopi berasal dari limbah
cangkang kopi (endocarp) itu sendiri.Para petani kopi di Kabupaten Aceh Tengah
dan Bener Meriah yang jumlahnya mencapai 62.100 kepala keluarga sudah banyak
yang meninggalkan pupuk an-organik. Kini, mereka beralih menggunakan pupuk
organik yang berasal dari limbah cangkang biji kopi.
Limbah
kulit kopi yang diperoleh dari proses pengolahan kopi dari biji utuh menjadi
kopi bubuk. Proses pengolahan kopi ada 2 macam, yaitu (1) Pengolahan kopi
merah/masak dan (2) Pengolahan kopi hijau/mentah. Pengolahan kopi merah diawali
dengan pencucian dan perendaman serta pengupasan kulit luar, proses ini
menghasilkan 65% biji kopi dan 35% limbah kulit kopi. Limbah kopi sebagian
besar dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman kopi dan tanaman disekitarnya,
sebagian kecil digunakan sebagai media budidaya jamur serta dimanfaatkan
sebagai bahan jamu tradisional. Biji kopi kemudian dikeringkan dengan oven dan
hasilnya adalah biji kopi kering oven sebanyak 31%, kemudian kopi ini digiling
dan menghasilkan 21% beras kopi (kopi bubuk) dan 10% berupa limbah kulit dalam.
Limbah yang dihasilkan dari proses ini (kulit dalam) pada umumnya dimanfaatkan
sebagai pupuk, namun sebagian diantaranya dimanfaatkan oleh pengrajin jamu
tradisional sebagai bahan jamu (Muryanto dkk, 2004)
Kulit Daging Buah Kopi
Kulit
kopi terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu : 1). Lapisan bagian luar tipis yakni
yang disebut "Exocarp"; lapisan ini kalau sudah masak berwarna merah.
2). Lapisan Daging buah; daging buah ini mengandung serabut yang bila sudah
masak berlendir dan rasanya manis, maka sering disukai binatang kera atau
musang. Daging buah ini disebut "Mesocarp". 3). Lapisan Kulit tanduk
atau kulit dalam; kulit tanduk ini merupakan lapisan tanduk yang menjadi batas
kulit dan biji yang keadaannya agak keras. Kulit ini disebut
"Endocarp"
Gambar kulit daging buah kopi
(AAK, 1988).
Kulit buah kopi
merupakan limbah dari pengolahan buah kopi untuk mendapatkan biji kopi yang
selanjutnya digiling menjadi bubuk kopi. Kandungan zat makanan kulit buah kopi
dipengaruhi oleh metode pengolahannya apakah secara basah atau kering seperti
terlihat pada tabel 1. Kandungan zat makanan kulit buah kopi berdasarkan metode
pengolahan. Pada metode pengolahan basah, buah kopi ditempatkan pada tanki
mesin pengupas lalu disiram dengan air, mesin pengupas bekerja memisahkan biji
dari kulit buah. Sedangkan pengolahan kering lebih sederhana, biasanya buah
kopi dibiarkan mongering pada batangnya sebelum dipanen. Selanjutnya langsung
dipisahkan biji dan kulit buah kopi dengan menggunakan mesin.
Pembuatan
Kompos adalah salah satu cara pengolahan limbah yang mengandung bahan organik
biodegradabel (dapat diuraikan mikroorganisme). Pengomposan dilakukan secara
aerobik (memerlukan oksigen).
Kelebihan proses aerobik adalah:
•
tidak menimbulkan bau,
•
waktu lebih cepat,
•
temperatur tinggi sehingga dapat membunuh bakteri patogen dan telur cacing
dan
•
kompos yang dihasilkan bersih (higienis).
Karena
kompos merupakan semua bahan organik yang telah mengalami
degradasi/penguraian/pengomposan sehingga berubah yang sudah tidak bisa
dikenali bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Pupuk yang
dibuat dari kotoran hewan disebut pupuk kandang, sedang humus adalah hasil
proses humifikasi atau perubahan-perubahan lebih lanjut dari kompos. Proses
pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
yang memerlukan waktu 2 – 3 bulan bahkan ada yang 6 – 12 bulan tergantung dari
bahannya, sementara untuk membuat pupuk kandang diperlukan waktu 2 – 3 bulan.
Tenggang
waktu pembuatan pupuk organik yang cukup lama, sementara kebutuhan pupuk terus
meningkat dan mendesak, kemungkinan akan terjadi kekosongan ketersediaan pupuk.
Oleh karena itu dilakukan berbagai upaya untuk mempercepat proses pengomposan
tersebut melalui berbagai penelitian. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
proses pengomposan dapat dipercepat menjadi 2 – 3 minggu atau 1 – 1½ bulan
tergantung dari bahan dasarnya, bahkan ada yang lebih cepat lagi hanya 24 – 48
jam saja.
Pada
pembuatan kompos ini, selain memanfaatkan hasil samping dari pabrik kopi yang
berupa kulit kopi juga memanfaatkan sampah-sampah dari kampung. Bahan untuk
pembuatan kompos ini terdiri dari kulit buah kopi, sampah kampung, pupuk
kandang serta abu dapur. Bahan-bahan ini sangat mudah diperoleh di lingkungan
daerah pabrik ini. Jika pabrik bekerja, maka setiap hari dapat diperoleh
sampah-sampah yang langsung dipergunakan sebagai bahan kompos dengan
perbandingan sebagai berikut :
a.
6,5 m3 kulit buah kopi, dari 10 pikul
buah kopi
b.
750 kg pupuk kandang baru,
sebanyak 50 blek
c.
2,5 – 4 m3 sampah kampong
d.
30 kg abu dari kayu
Kulit
buah kopi dari pabrik tersebut disikan kedalam bak-bak tempat kompos yang
disemen, bersamaan waktu juga diisikan pupuk kandang dan sampah dari kampung.
Tinggi tumpukan di dalam bak 1 meter dan diatasnya ditaburi abu, sehingga lalat
dapat dihindarkan. Dasar bak dibuat dari tanah yang dipadatkan dan miring ke
dalam, agar cairan yang ke dasar dapat keluar. Cairan ini dikumpulkan didalam
drum kemudian disiramkan kembali pada timbunan didalam bak. Air abu alkalis
yang meresap ke bawah, baik sekali pengaruhnya terhadap bahan-bahan di bagian
bawah, sedang asam organik yang terbentuk dari zat gula yang terdapat didalam
kulit buah kopi dinetralkan. Bahan tersebut banyak mengandung zat gula dan
hidrat arang bertingkat tinggi, maka bahan-bahan itu tidak boleh diinjak-injak
agar tidak menjadi an aerob, oleh karena itu sebaiknya di dasar bak diberi
bumbung bambu agar udara dapat masuk ke dalamnya dan bak-bak itu perlu diberi
atap. Setelah proses berlangsung, suhu dalam bak naik hingga kurang lebih 50o
Celcius, tapi setelah itu suhu akan turun lagi, setiap 3 minggu sekali di
bak-bak tersebut dibalik, setelah 2 – 3 bulan kompos telah masak.
Volumenya
berkurang kurang lebih sepertiganya (1/3). Dari 1 ton buah kopi yang dikerjakan
oleh pabik dapat didapat 0,4 ton kompos. Hasil kompos mengandung agak banyak
zat air (75%), tetapi cukup mengandung banyak zat-zat makanan tanaman.
Untuk
kepentingan pengangkutannya, maka kompos tersebut dikeringkan hingga kandungan
airnya tinggi 50 – 60%, berat jenisnya rendah rata-rata 0,67. Mengenai
pemakaiannya diberikan tiap tahun kira-kira sebanyak 5 kg bahan kering atau 10
– 12 kg kompos masak (basah), untuk setiap pohon. Cara pemberiannya sama dengan
pupuk kandang. Melihat daftar kandungan zatnya, memang hasil kompos tersebut
mengandung berbagai komponen yang sangat diperlukan tanaman, tetapi kompos ini
hanya dilaksanakan di lingkungan pabrik kopi.
Kandungan unsur dari limbah kopi
Hasil
analisis Kualitas kimia kompos yang dihasilkan dari limbah kulit kopi
menggunakan aktivator EM�4 untuk Suhu = 300C,
Kadar Fe = 0,48%, Kadar CaO = 1,08%, Kadar Air = 50,16%, Kadar C-Organik =
26,65% memenuhi Standar SNI 19-7030-2004 kecuali pH = 9,34 belum memenuhi
Standar SNI 19-7030-2004 sedangkan menggunakan aktivator Stardec untuk Suhu =
290C, Kadar Fe = 0,32%, Kadar CaO = 0,99%, Kadar Air = 46,25%, Kadar C-Organik
= 27,34% memenuhi Standar SNI 19-7030-2004 kecuali pH belum memenuhi Standar
SNI yaitu 8,49.